Sepenggal Mozaik dari Bukit Lawang

Pada awal bulan ini. tepatnya pada 4-5 Desember lalu, saya berkunjung ke Bukit Lawang barengan (hampir) semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah Komunikasi Pariwisata yang merupakan mata kuliah sangat asik dan super duper cihuyy itu,   and highly recommended buat diambil  semester depan :).
*modus biar dapet nilai bagus ;p*

Buat yang belum tau apa itu Bukit Lawang, silahkan klik disini
Kami semua janjian ngumpul di Terminal Pinang Baris tepatnya di depan toko roti Mawar pada pukul 08.00 WIB, tapi seperti biasa kalo janjinya jam 8, pasti ngaretnya lebih dari sejam, benar saja yang lain baru pada lengkap pas jam 9-an gitu deh. Sungguh "Indonesia" sekali bukan?. Saya sendiri ditanya on time atau ngga, tentu saja saya jawab : "ON TIME dooong! :D " *pamer*

ehhmm.
Lanjuuut!
Kami berangkat lebih kurang pukul 9.45 dengan menggunakan jasa bus Pembangunan Semesta. Ini loh penampakan busnya :

 

Terlihat sangat mewah & elegan bukan? Iya dong!

Dan akhirnya kami yang bertotal 15 orang pun beraaaaanggggkaaaat! bruumm..... bruumm....  *suara bus ngebut*.  By the way, biaya buat berangkat kesana sekali jalan Rp 13.500 dari terminal Pinang Baris. Perjalanan kurang lebih 2,5 jam gitu laa, tapi yang ga enaknya dari bus ini, ngetem pulak sampai setengah jam di Binjai.
Hadeeeeh (⌣́_⌣̀)

Kami sampai disana jam 1 lewat gitu laa,  trus langsung nyari penginapan. First option kami yaitu sebuah hotel yang cukup terkenal dan konon katanya sih berstandar internasional. tapi setelah dilakukan nego harga, akhirnya ga jadi deh, kemahalan. Namanya juga mahasiswa, jadi duitnya pas-pasan dong, terutama laki-laki yang mesti tetap survive dengan dana seadanya (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩___-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩) *hati teriris-iris*

Tapi dimana ada kemauan disitu ada jalan, itu kata orang jaman baheula dulu, akhirnya kami dapat penginapan berbiaya 500 ribu semalam yang muat buat kami ber-15, fasilitasnya lengkap lagi kayak di rumah sendiri, pokoke maknyus tenan mamen, huehehee. :D
Bukit Lawang uda banyak berbeda pasca bencana air bah tepatnya pada tanggal 2 November 2003, yang menyebabkan ratusan rumah penduduk serta wisma-wisma penginapan di tepian sungai Bahorok  hancur lebur. Sekarang disana uda banyak tanaman sawit, pas datang terakhir waktu smp dulu, sawit dikit deh, sekarang uda banyak, wajar aja disana agak kurang dinginnya, uda gitu debit air kayaknya ga sederas dulu deh, memang efek sawit ini luar biasa, ckckckkk. Sebenarnya seminggu sebelum kami berangkat ada tanah longsor di Bukit Lawang, tapi katanya sih, lokasinya jauh di bukit, jadi ngga ngebahayain wisatawan.
Sayangnya sepanjang sore hujan turun derasnya bukan main, ga jadi deh rencananya mau mandi di sungai, hhuhuuu.

Abis hujan reda, langsung deh jalan-jalan, biarpun masih gerimis, tapi jiwa "bolang" dalam diri kami bergejolak dengan hebatnya (halaaah.).

 

Sungai Bahorok di Bukit Lawang. Indah bukan? 

Tapi ga lama-lama kok jalan-jalannya, keburu hujan. Pada ngacir deh balik ke penginapan.
Kebetulan malamnya berlangsung pertandingan babak penyisihan AFF CUP antara Indonesia vs Laos.
Dan skornya sodara-sodara? 6-0 saja!
Emang mantep timnas Indonesia sekarang, kayaknya sukses timnas bakalan bikin rezim Nurdin Halid makin berkuasa. Perlu dikudeta tuh orang, ckckckk. huh! *emosi*

ehhmm.
(calm down)

The next day was a big day out for us, kami ngunjungin Taman Nasional Gunung Leuser buat ngeliat feeding Orangutan. Hampir sejam juga kesana jalan kaki, uda gitu mesti nyebrang pake tongkang biar sampai di seberang taman masuknya.

 

Diseberang looh taman nasionalnya, mesti pakai tongkang buat nyebrang kesana

 

 

Peserta yang tersisa buat ngantri nyebrang (Takeshi Castle Mode: ON)

at the front gate of National Park

Sensasi yang membuat Taman Nasional G. Leuser menarik wisatawan tentu saja akan keberadaan dari Orangutan. Satwa yang dilindungi eksistensinya agar terhindar dari kepunahan disini direhabilitasi agar siap kembali ke marwahnya sebagai 'wild animal". So, let's getting wild in here, fellas :D

Untuk mencapai lokasi feeding-nya, mesti naik bukit yang medannya cukup terjal, licin, dan kesannya sangat rimba sekali sodara-sodara *gubrakk*.

Kata yang ngasi makan alias raidernya, pengunjung ga boleh berisik, ga boleh bawa makanan, kalo ngga orangutan disana bisa jadi agresif & naluri barbarnya bisa kumat, bisa jadi bulan-bulanan primata raksasa yang satu ini. So, watch out, dude!

 

feeding

maaf, saya sibuk

 

ngadem dulu

Raja Hutan in action. Auuoooo!

Bareng Raider, sang manusia alam nan tangguh

Let's get WET! yiihaaa!

Kelar feeding, dilanjutin dengan arum jeram. Titik startnya di depan Taman Nasional G. Leuser. FYI, arung jeram disini ga kayak yang diliat di tv yang ada boatnya, disini boatnya itu ban dalam bulat gede yang diikat jadi satu trus jadinya kayak donat yang disusun, Tapi, jangan tertipu bentuknya, tetap asik kok. Sensasi arus gelombang sungai yang derasnya bukan main disertai goyangan kapal karena hantaman batu gede disepanjang aliran sungai, trus sekujur tubuh basah gara-gara air yang membuncah, cukup dapat dilukiskan 1 kata : AWESOME!

Let's hit it once again, fellas! :D

After that, dilanjutin mandi di sungai, mantep bener. Waktu uda nunjukin pukul 12 lewat, baru kami balik ke penginapan buat makan, bersih-bersih, sebelum balik ke Medan. Rencananya paling lama sebelum maghrib uda sampai Medan, soalnya besok senin masih ada kuliah lagi, tidaaaaaaak! *histeris*

Bukit Lawang kalo ditanyain sama orang yang domisilinya di Jakarta mungkin dijawabnya gini : "hah? Taman Lawang kali maksud lo?,"  hhehee. Kesan saya terhadap objek wisata satu ini sangat menyenangkan, tapi tetap banyak catatan yang perlu dibenahin. Yang paling vital menurut saya adalah tidak adanya ATM, adanya cuma money changer, ini bisa jadi masalah kalo lagi kepepet butuh duit, ATM yang paling deket adanya di kota Bahorok. Selanjutnya bisnis 'esek-esek' yang cukup banyak terdapat disana, baru nyampe disana saja uda ada warga disana yang nawarin buat "gituan". Buseeeet!

Seperti kebanyakan objek wisata di Sumut, Bukit Lawang juga mempunyai potensi yang tak kalah besar untuk menjadi objek wisata yang populer yang menarik minat wisatawan, tapi kembali kita lihat peran pemda setempat yang kurang memperhatikan fasilitas sarana dan prasarana pendukung, terlihat lebih banyak pihak swasta yang umumnya warga setempat yang mengelola bisnis di lokasi wisata ini, tapi seharusnya pemda juga harus memperhatikan beberapa hal seperti tata letak bangunan pedagang, sehingga tidak terlihat terlalu kumuh dan adanya ketimpangan bangunan 1 dengan yang lainnya, sehingga agak kurang menarik dilihat.

Walau bagaimana pun, saya suka traveling kesana. We'll see it there soon, guys! :D