Pages

Thursday, February 13, 2014

THE FAMILY MAN : When All You See is Just a Glimpse

Belum lama ini saya menonton “The Family Man” yang dibintangi Nicolas Cage. Dan seperti film-filmnya yang sudah-sudah, kali ini Nic tetap tidak pernah mengecewakan saya. Satu hal yang membuat saya termenung ketika Cash (Don Cheadle) mengatakan kepada Jack Campbell (Nic Cage) bahwa hidup yang dijalaninya hanyalah sebuah ‘glimpse’.
Glimpse, by definition, is an impermanent thing.
Seketika saya merasa tertohok
APAKAH KEHIDUPAN YANG SAYA JALANI SAAT INI HANYA PENGLIHATAN SEKILAS?
APAKAH KEHIDUPAN SAYA SAAT INI ADALAH YANG BENAR-BENAR SAYA INGINKAN?
Saya jadi teringat tentang Butterfly Effect. Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan kita, baik itu sekecil apapun, dapat mempengaruhi kehidupan kita di masa depan.

Sumber gambar

Semua kombinasi peristiwa yang mungkin dialami oleh seseorang pada dasarnya merupakan fenomena yang bersifat acak namun saling terhubung antara yang satu dengan lainnya. Satu peristiwa yang terjadi bisa membuka atau menutup peluang terhadap terjadinya peristiwa lain yang lebih besar. Karena kemungkinan-kemungkinan yang dialami oleh orang lain maka seluruh manusia seolah-olah berada dalam suatu ruangan tanpa batas dengan kombinasi kemungkinan yang tak terhingga jumlahnya.
Saya jadi berandai-andai ke masa lalu, apa jadinya saya jika saya memilih A, bukan B yang menjadi alternatif, dan apa yang terjadi apabila di masa lalu saya memilih alternatif ini-itu, tentunya saya akan menjadi sosok yang berbeda (mungkin). Terkadang, tidak semua ‘penglihatan’ yang kita lihat adalah yang benar-benar tepat seperti yang inginkan. Dan mungkin segala bentuk kombinasi masa depan yang kita alami dari hasil perbuatan di masa lalu, sebenarnya adalah pilihan terbaik yang diberikan Tuhan.

Contohnya saja,  Frank Slazak adalah seorang guru yang terpilih untuk mengikut seleksi astronot yang diselenggarakan oleh NASA. Setelah bersaing 43 ribu kandidat lainnya serta mengikuti serangkaian tes yang berat, Frank akhirnya menjadi salah satu dari 100 orang finalis dalam proses seleksi tersebut. Namun Frank begitu kecewa karena ternyata ia gagal menjadi astronot. Pada tanggal 28 januari 1986, Frank duduk bersama rekan-rekan lainnya yang gagal menyaksikan peluncuran pesawat luar angkasa tersebut. Ditengah kesedihan itu Frank masih berharap bahwa ia bisa menjadi salah satu astronot dipesawat itu. Dan tujuh puluh tiga detik ia mendapatkan jawabannya. Ya, pesawat Challenger itu meledak dan semua penumpangnya tewas seketika. Frank pun menemukan makna sesungguhnya dari semua yang ia alami yaitu agar lebih menghargai hidupnya. Seringkali kita mengalami kesulitan karena kita salah memaknai apa yang sedang terjadi. Hal yang kita anggap buruk bisa saja terjadi untuk menghindarkan kita dari bencana yang lebih besar dan hal yang kita anggap baik bisa saja terjadi karena kita sedang menghadapi badai yang lebih dahsyat.

Saya sendiri mungkin salah satu contohnya, apabila saja saya lulus psikotes yang merupakan tes terakhir dari sekumpulan tes masuk bea cukai yang diadakan salah satu institusi negara, memang sebelumnya saya sempet marah ketika dinyatakan gagal, tapi apabila saya lulus bisa saja saya sekarang berpatroli di selat malaka menghadang penyelundup atau bahkan perompak selat malaka yang terkenal bengis, dan akhirnya mati di laut dimakan barracuda. Saya bukan penjudi yang baik, saya cenderung berada di zona aman, mungkin hal ini yang membuat saya merasa ‘datar’ dalam hidup ini. Saya memiliki ide yang besar seperti swasta, tapi kelakuan saya sangat “negeri”, apakah hal ini dikemudian berperan besar mempengaruhi masa depan saya? Apakah saya lebih cocok menjadi PNS?

*Gubrakk!*

Who knows? Only God knows why
Satu hal yang saya yakini, Tuhan selalu memberi kemudahan kepada hambanya yang berusaha. Paulo Coelho dalam bukunya “The Alchemist”, mengatakan: “Siapa yang sungguh-sungguh bercita-cita, maka seluruh dunia akan bersatu padu mewujudkannya”.
Sebagai manusia, memang tidak banyak yang bisa kita lakukan bila hanya kita seorang diri. Yang bisa dilakukan seorang manusia hanyalah sebuah kepakan saya kupu-kupu. Namun demikian, sebuah kepakan sayap kupu-kupu tetap memberikan peluang bagi terciptanya peristiwa-peristiwa penting hidup kita. Tentukanlah kepakan sayap kupu-kupu anda dan berharaplah tornado keburuntungan akan menghampiri anda.

Do you wanna get cute? Get cute!

Nic Cage

-The Family Man-


Notes: Artikel ini merupakan repost dari tulisanku disini pada 14 Agustus 2011. It's been 3 years, and now i'm still imagine where i am now. Bedanya, aku disini bukan lagi mahasiswa galau semester akhir yang mencari jati diri dan bingung melihat masa depan, tetapi seiring berjalannya waktu menjadi seseorang yang tengah bertransformasi menjadi sosok pribadi yang lebih dewasa serta lebih matang dalam bersikap & mengambil keputusan. Pastinya hidup ini masih terdiri dari variabel-variabel yang masih bisa berubah ke depannya, ibarat Butterfly Effect theory, everything happens for a reasons, itupun sebabnya aku ga menyerah menggapai mimpi, mereka yang selalu & terus mendukung aku ibarat kepakan sayap kupu-kupu yang semakin lama semakin besar & menciptakan tornado keberuntungan untukku.


13 Februari 2014, 12.00 AM
Mampang Prapatan, Jakarta